Kamis, 10 November 2011

Khutbah Jum’at – 20090116

Setiap orang yang hidup di bumi ini pasti mendambakan kehidupan yg damai, bahagia, dan sejahtera. Tidak ada seorangpun yg menghendaki adanya kegelisahan, kesusahan ataupun ketidaktenangan yg dapat mengganggu ketentraman hidupnya.
Masing-masing orang mempunyai cara yg berbeda dalam mencapai ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Definisi kebahagiaan pun berbeda-beda tiap orang. Ada yg berpendapat bahagia dapat dicapai dengan tumpukan barang mewah dan mahal. Ada yg berpendapat pangkat dan kedudukan yg tinggi adalah tahap orang bahagia. Ada juga yg berusaha memenuhi kebutuhan jasmani yg enak dan menyenangkan.
Semua hal di atas sifatnya semu.
Lantas, bagaimana kebahagiaan yg semestinya diperoleh seorang muslim?
Sudah jelas, bahwa kebahagiaan yg hendak dicapai oleh seorang muslim hendaklah kebahagiaan yg sesuai dengan tuntunan agama, yakni mendekatkan diri kepada ALLOH SWT. ALLOH SWT adalah yg sesungguhnya sumber ketenangan yg hakiki, sebagaimana firman Al Qur’an berikut,“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (Al Fath(48):4)
Bagaimana caranya mendekatkan diri kepada ALLOH SWT? Mudah saja, ikuti petunjuk-Nya, melalui Al Qur’an dan Nabi Muhammad SAW.
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al Maidah(5):16)

contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090123

Sebagai orang tua, hendaknya kita mesti mampu berkomunikasi dengan baik dan benar dengan anak-anaknya. Hal ini dikarenakan, banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena tidak adanya komunikasi yg harmonis antara anak dan orang tua.
Untuk itu, orang tua mesti mengerti benar apa yg dimaksud dengan Qaulan Sadida(kata-kata yg benar). Yang dimaksud dengan kata2 yg benar di sini adalah sebagaimana tertulis di Al Qur’an sebagai berikut:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (An Nisaa’(4):9)
dan
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlahperkataan yang benar,” (Al Ahzab(33):70)
Maksud dari kata-kata yang benar pada ayat2 di atas adalah tidak mengucapkan kalimat yg tidak baik, seperti berbohong, janji yg tidak pasti, kata2 kotor, porno, canda yg keterlaluan, ancaman, menakut-nakuti, dan lainnya.
Sebenarnya tidak hanya orang tua yg dilarang melakukan hal di atas, tapi dalam kasus ini orang tua menjadi subject dikarenakan jika orang tua tidak berkata-kata dengan benar, maka wibawanya akan turun di mata anak2nya. Walhasil, anak2nya tidak hormat dan efek ke depannya, si orang tua akan menyesal sementara si anak menjadi tidak benar.
Agar kata-kata yg benar tersebut efektif, maka diperlukan juga cara penyampaian dan waktu penyampaian yg tepat.
Semoga kita semua bisa menjadi orang tua yg baik. Aamiin.

contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090130

ALLOH SWT mempunyai sifat qudrat dan iradat. Dia mempunyai kehendak dan kekuasaan untuk mewujudkan kehendak-Nya, salah satunya adalah dengan menciptakan manusia.
Manusia pertama, Nabi Adam AS diciptakan dan disayangi oleh ALLOH SWT. Ketika Nabi Adam AS beru diciptakan, ALLOH SWT memberi petunjuk dan ilmu,“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” (Al Baqarah(2):31).
Selanjutnya, saat Nabi Adam AS dan Siti Hawa khilaf sehingga mereka berbuat dosa, ALLOH SWT memaafkan kesalahan beliau dan tetap memberi petunjuk sebagai kasih sayang-Nya pada manusia,“Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.(Al Baqarah(2):38).
Ternyata, kasih sayang ALLOH SWT tidak pernah berhenti diberikan kepada manusia.
Pertama, ALLOH SWT memberikan surga kepada orang baik, nikmat yg tidak putus2nya. Padahal amala kita sangat terbatas, hanya bisa sesuai kemampuan (dan kemauan) kita saja serta terbatas pada umur yg sangat pendek.
  • “Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).”(Al Baqarah(2):40)
  • “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”(Al Baqarah(2):151)
Kedua, ALLOH SWT mau mengampuni orang-orang yg bertobat.
  • “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Al Baqarah(2):37)
  • “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertobatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”(Al Baqarah(2):54)
  • “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”(Al Baqarah(2):128)
  • “kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”(Al Baqarah(2):160)
  • “dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.”(Hud(11):3)
  • “Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.”(Hud(11):90)
Ketiga, ALLOH SWT memberi kemudahan bagi manusia dalam beribadah sesuai dengan kemampuan.
  • “Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”(Al Mu’min(40):65)
  • “Laksanakan segala apa yang diwajibkan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang paling bertakwa.” (HR. Ath-Thabrani)
  • “Laksanakan ibadah sesuai kemampuanmu. Jangan membiasakan ibadah lalu meninggalkannya.” (HR. Ad-Dailami)
  • “Amal (kebaikan) yang disukai Allah ialah yang langgeng meskipun sedikit.”(HR. Bukhari)
  • “Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): “Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090206

Kita sering mendengar pernyataan bahwa bangsa Indonesia memiliki etos kerja yg rendah. Karena kaum muslim adalah mayoritas di Indonesia, maka tidak salah jika ada pernyataan bahwa itu berarti kaum muslim di Indonesia beretos kerja rendah. Hal ini jelas menyakitkan, karena Islam sendiri mengajarkan umatnya untuk menjadi umat yg rajin bekerja.
Pengemis di Indonesia pada dasarnya tidak selalu berangkat dari kemiskinan, melainkan kemalasan! Islam sendiri, walau membolehkan umatnya untuk mengemis, namun tetap menyatakan bahwa kerja adalah hal terbaik bagi kaum muslim, walau hasilnya masih belum mencukupi!
Etos kerja yg rendah ini berakibat kaum muslim terpinggirkan, terutama dalam bidang ekonomi. Pemilik aset yg cukup besar rata2 dipegang oleh orang non muslim, sementara kaum muslim malah menjadi pekerja dan orang yg ‘membuat’ mereka kian kaya.
Etos kerja terdiri dari kata etos yg berarti watak, dan kerja yg berarti berproduksi.
Kerja tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mengandung makna ibadah seorang hamba ALLOH SWT agar mereka juga sukses di akhirat kelak. Oleh karenanya, kerja mesti dijadikan/dilandaskan dengan niat ibadah, sehingga bisa meraih dunia dan akhirat.
Seorang muslim hendaknya menempuhh 3 tahapan berikut agar prestasi kerja meningkat dan kerjanya bernilai ibadah.
Pertama, kerja keras dengan ukuran meraih semua kesempatan, tanpa melewatkan sedikitpun. Kedua, kerja cerdas. Berbeda dengan kerja keras, kerja cerdas itu berarti kaum muslim mesti tahu trik untuk mengerjakan pekerjaan yg banyak namun dengan tenaga seringan mungkin. Ketiga, ikhlas. Ikhlas di sini bermakna bekerja dengan tetap berpegang pada tuntunan agama.
Ayat yg berkaitan dengan bekerja adalah sebagai berikut,“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (At Taubah(9):105)
Di samping 3 poin di atas, hendaknya kaum muslim yg bekerja tidak melupakan konsep IHSAN, yakni kesempurnaan pekerjaan. ALLOH SWT berfirman,”Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.” (As Sajdah(32):7)
Konsep lain yg mesti diperhatikan adalah ITQAN, yakni bersungguh-sungguh dan teliti dalam bekerja, sehingga diperoleh hasil akhir yg rapi, indah, tertib.
lanjut

Khutbah Jum’at – 20090213

Islam melarang keras adanya kesaksian palsu, bahkan menyatakan bahwa perbuatan ini setara dengan menyekutukan ALLOH SWT. Mari perhatikan hadits berikut,“Rasululloh SAW berkhutbah di hadapan orang-orang dan beliau bersabda,”Hai manusia bahwa dosa kesaksian palsu setara dengan dosa syirik”, lalu Beliau membacakan ayat ALLOH SWT,”maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.”(Al Hajj(22):30)”
Hadits di atas memperlihatkan kesetaraan perkataan dusta (kesaksian palsu) dengan berhala2 (simbol kemusyrikan dalam menyekutukan ALLOH SWT). Ini artinya orang yg berdusta telah memunkiri ke-Maha Tahu-an ALLOH SWT.
Kita juga dilarang untuk menyembunyikan kesaksian, karena menyembunyikann kesaksian dapat membuat orang lain terdzalimi, karena tiada ada saksi yg memberikan kesaksian untuk membelanya. ALLOH SWT berfirman,“dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Baqarah(2):283)
Oleh karenanya, untuk menghindari terjadinya peristiwa pemalsuan kesaksian, Islam telah memberikan tuntunan kepada kita selaku umatnya mengenai syarat-syarat seorang saksi. Termasuk diantaranya kebiasaan orang yang akan bersaksi harus dijadikan pertimbangan. Jika dia suka berdusta dalam kehidupan kesehariannya, maka kesaksiannya haruslah dikaji lagi lebih mendalam.

Khutbah Jum’at – 20090220

Seorang muslim dituntut untuk berbuat ihsan dalam kehidupan. Ihsan mempunyai arti baik dan/atau berbuat baik. Dengan demikian, seorang muslim hendaknya mengisi hari2nya di dunia dengan banyak berbuat kebaikan.
Ada beberapa bentuk ihsan yang bisa dilakukan oleh seorang muslim.
Pertama, memberikan nikmat atau sesuatu yang disenangi kepada orang lain. Pemberian ini dipandang sebagai tolok ukur kesempurnaan iman seorang muslim.
Kedua, berbuat baik dan menyebarkan kebaikan. Sikap ini lahir karena pelakunya menyadari perbuatan itu baikk dan diperintahkan agama agar dilakukan. Sikap ihsan lahir karena didukung pengetahuan seseorang tentang kebaikan. Semakin banyak pengetahuan seseorang, maka ia harus semakin menjadi lebih baik. “Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Al Baqarah(2):110) “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Baqarah(2):148)
Ketiga, berbuat baik karena menyadari perbuatan itu dibalas oleh ALLOH SWT dengan yg lebih baik, di dunia dan akhirat. Perbuatan baik seseorang tidak akan disia-siakan ALLOH SWT, meskipun sedikit jumlahnya. “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (An Nisa(4):40)
Keempat, melakukan pekerjaan melebihi dari yang diwajibkan dengan tidak melanggar aturan, dan mengambil hak, kurang dari yg telah ditentukan. Bukan sebaliknya, melakukan pekerjaan kurang dari yg telah diwajibkan, sementara haknya ingin lebih besar dari yg pernah ditentukan/disepakati. Jadi, orang yg ihsan tidak pernah mengambil yg bukan haknya.
Dalam ibadah, ihsan diwujudkan dengan tidak hanya melaksanakan ibadah wajib, tetapi juga ibadah sunnah. Ihsan dalam ibadah tercapai jika pelaksanaannya memenuhi rukun, syarat, dengan yg terbaik dan ikhlas kepada ALLOH SWT. Ihsan diwujudkan pula dengan menghayati hakekat ibadah ketika pelaksanaannya dan sesudahnya.
Sementara, dalam kehidupan sehari-hari, ihsan diwujudkan dengan berusaha, melakukan yang terbaik dan menjadi yang terbaikk dalamm setiap aktifitas dengan tidak mengabaikan keterbatasan yang dia miliki.

Khutbah Jum’at – 20090227

Setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya menjadi anak yg saleh. Untuk itu, mesti diperhatikan 2 kunci berikut, pertama, bermula dari diri sendiri sebagai orang tua. Sebagai orang tua, kita harus menunjukkan contoh yg baik sehingga bisa menjadi suri tauladan bagi anak-anak kita.
Kedua, pendidikan dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan ibunya. Nabi Muhammad SAW senantiasa mengajarkan agar kita selalu meminta perlindungan kepada ALLOH SWT apabila menggauli istri (berhubungan suami istri), jika tidak, maka setan akan mendahului untuk mencampakkan benihnya dalam rahim isteri kita. Tidak heran jika anak-anak yg dilahirkan adalah anak-anak yg kasar tabiatnya.
Saat istri mengandung, pendidikan sudah bisa dilakukan. “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (As Sajdah(32):9)
Dari ayat di atas, terlihat bahwa ALLOH SWT menganugerahkan pendengaran pertama kali pada calon manusia tersebut. Disusul dengan penglihatan dan akal pikiran. Maka perdengarkanlah suara-suara yg membuat mereka tenang, terutama ayat-ayat Al Qur’an. Jangan perdengarkan kepada mereka kata2 kotor dan kata2 sesat yg akan membuat mereka menjadi pribadi2 berkepribadian kasar.
Anak-anak bisa diumpamakan seperti kain putih, dan orang tua adalah pihak yg mewarnainya. Sabda Rasululloh SAW,“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci bersih. Maka orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi” (HR Imam Hakim)
Untuk itu, sebagai orang tua mestilah mendidik anak2 mereka dengan pendidikan yg Islami, jangan campurkan/ajarkan pendidikan Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.
Beberapa hal yg mesti diajarkan kepada anak adalah bisa membaca dan memahami Al Qur’an dengan baik. Jangan biarkan anak-anak tidak bisa membaca Al Qur’an dan tidak mengetahui tanggung jawabnya sebagai orang Islam (muslim). Apabila seorang anak tidak bisa membaca, apalagi memahami Al Qur’an, maka dipastikan orang tua tersebut telah gagal melaksanakan tugasnya, terutama dalam membentuk anak saleh.

Khutbah Jum’at – 20090306

Berjilbab semestinya menjadi salah satu hak asasi yang mesti dijamin hak dan kebebasan menggunakannya, terutama di Indonesia, negara yg mayoritas penduduknya beragama Islam. Karenanya, Pemerintah mestinya bertanggung jawab dan menjamin hal ini. Kebijakan Pemerintah akan mempermudah kaum muslimah yg berjilbab terkait dengan hal2 administrasi, institusi pendidikan, dan lembaga2 lainnya.
Kasus2 jilbab yg terjadi menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia masih belum tegas dan melindungi kepentingan kaum muslimah. Padahal berjilbab merupakan menjalankan perintah ALLOH SWT untuk melindungi aurat.
Lebih jauh lagi, PBB sebagai badan internasional yg berpengaruh juga mengeluarkan peraturan tentang hak dan kebebasan penggunaan jilbab, sehingga kasus2 pelarangan berjilbab seperti yg terjadi di Perancis beberapa waktu lalu tidak terjadi.
Sayangnya, hingga saat ini tidak ada keberpihakan hukum (yang nyata dan melindungi) terhadap muslimah yg berjilbab. Banyak sekali kasus yg menyulitkan kaum muslimah berjilbab untuk menjalankan syariat Islam. Terutama adanya institusi yang melarang pemakaian jilbab pada saat bertugas (salah satunya adalahMetro TV). Kasus lain yang sering dialami adalah peraturan tidak berjilbab untuk pembuatan foto ijazah.
Semoga Pemerintah Indonesia bisa mewujudkan keinginan kaum muslimah berjilbab untuk membuat peraturan2 yg melindungi mereka.

Khutbah Jum’at – 20090313

Persaudaraan tidaklah dibatasi waktu, umur, latar belakang, suku bangsa, ataupun warna kulit.
Dalam Islam, seseorang sudah menjadi saudara kita apabila yang bersangkutan sudah mengucapkan kalimat syahadat atau “Laa ilaaha illalloh Muhammadarrasululloh”. Kita mesti perlakukan mereka selayaknya saudara kita, karena Islam tidaklah membedakan seseorang dari batasan-batasan yg disebut di atas. Rahmat dan kasih sayang adalah misi yang dibawa Islam, tanpa mengenal perbedaan.
Salah satu bukti persaudaraan ini adalah ketika kaum muslim Mekkah melakukan hijrah ke Madina. Kaum yg hijrah disebut muhajirin sedangkan penduduk Madina disebut anshar. Rasululloh SAW menjadikan mereka saudara dan menjadikan mereka sebagai satu kekuatan. Saling tolong, berbagi rezeki adalah sebagian contoh yang dilakukan mereka.
Sudahkah kita mempraktikkan hal tersebut? Kebanyakan dari kita malah lebih suka berselisih pendapat, bertikai, gontok-gontokan, sehingga malah memperlemah dan memojokkan posisi Islam.
Contoh yg paling mudah untuk dipraktikkan adalah membantu saudara2 kita yang mengalami musibah. Entah itu banjir, gempa, kebakaran, atau yg lainnya. Cobalah ulurkan tangan untuk membantu mereka.
Sesungguhnya persaudaraan sesama kaum muslim diibaratkan seperti suatu bangunan yang kokoh, yg dengannya saling menguatkan satu dengan yg lainnya.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Al Hujurat(49):10)
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan, saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasululloh SAW merpatkan jari2 tangan beliau).” (Muttafaq’alaih)
ALLOH SWT akan menolong hamba-Nya yang menolong saudaranya, sebagaimana hadits berikut,“ALLOH SWT selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (sesama muslim).” (HR Ahmad)
Menolong saudara seiman tidaklah rugi. Hal tersebut akan menumbuhkan rasa kasih sayang.

Khutbah Jum’at – 20090320

Seorang pemimpin hendaknya memberikan contoh yg baik kepada yg dipimpin. Dalam skala masyarakat terkecil, seorang suami (dan istri) hendaknya mencontohkan kegiatan yg baik kepada yg dipimpin, entah itu kepada istri ataupun kepada anaknya.
Setelah sang pemimpin memberikan contoh yg baik dalam setiap hal, barulah dia bisa meminta agar para pengikutnya berbuat hal yg sama seperti yg dia lakukan. Yakinlah, jika sang pemimpin sudah terbiasa memberikan contoh yg baik, maka orang2 yg dipimpin akan melakukan hal yg serupa tanpa perlu repot2 utk memaksanya.
Beberapa contoh pelaksanaan hal ini:
  • senantiasa mendirikan sholat dg tertib, sebelum meminta anak kita untuk mendirikan sholat.
  • tidak memberikan contoh korupsi, dalam hal dan bentuk apapun, kepada bawahan di kantor. insya ALLOH para bawahan juga akan sungkan untuk melakukan korupsi.
  • membuang sampah pada tempatnya, niscaya para bawahan tidak akan membuang sampah sembarangan.
  • jika merokok, para pemimpin tidak melanggar peraturan merokok yg telah dibuat.
ALLOH SWT sesungguhnya sangatlah mengecam orang2 (beriman) yg tidak melakukan (mencontohkan) apa2 yg dia katakan/suruh. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (Ash Shaff(61):2-3)
Manfaat memberikan contoh, orang lain akan mengerti dan memahami benar apa yg kita inginkan. Selain itu, contoh yg baik dan benar akan mengurangi tingkat kesalahan yg terjadi. Orang lain juga akan mudah cepat belajar dari contoh yg dilakukan.
Mari kita mulai memberikan contoh yg baik di lingkungan kita.

Khutbah Jum’at – 20090327

Sistem demokrasi sebenarnya muncul sebagai antitesis dari sistem monarki dan teokrasi. Demokrasi sendiri bermakna rakyat yg berdaulat, monarki mempunyai makna raja-lah yg berdaulat. Teokrasi sendiri berarti Tuhan (dan/atau wakil Tuhan) yang mempunyai daulat.
Ketiga sistem ini tidaklah pernah bertemu. Bahkan cenderung akan saling menafikan dan berjalan sendiri-sendiri. Terlebih dengan berkembangnya demokrasi liberal yang begitu individualistik, yang menempatkan pilihan manusia menjadi dasar segalanya.
Padahal sudah jelas sekali bahwa pilihan manusia seringkali didasarkan kepada hawa nafsu dan akal semata, yang semua itu mempunyai keterbatasan dan mudah untuk disusupi oleh setan. Dampaknya, seringkali muncul kebijakan-kebijakan yg justru membahayakan secara moral dan politis. Contohnya adalah kebijakanlarangan penggunaan jilbab di Perancis serta larangan pendirian masjid di Swiss.
Karenanya dibutuhkan demokrasi yang dipimpin oleh hikmah. Hikmah di sini adalah kebijakan dan kearifan dalam menentukan keputusan/peraturan yg hendak diberlakukan. Berbagai pertimbangan dan sudut pandang mesti dilakukan dan dilakukan pengkajian dengan baik sebelum akhirnya sebuah aturan diluncurkan dan diimplementasikan di masyarakat.
Aturan dan demokrasi yg terjadi di Swiss dan Perancis akan menjadi bola liar yg bisa membahayakan dunia. Bagaimana jika terjadi balasan dari negara2 muslim?
Ketimpangan juga terjadi dalam demokrasi yg selama ini dianut dan ‘diberlakukan’ di dunia. Yang dimaksud demokrasi yg ‘diperbolehkan’ adalah demokrasi yg menindas/merugikan kaum muslim. Jika kaum muslim dirugikan, tidak akan ada pembelaan. Sementara jika kaum muslim yg bereaksi dan menyerang ‘demokrasi’, maka para pembela demokrasi akan berteriak lantang.
Inilah yg disebut dengan ketidakjujuran para pembela demokrasi, yang lebih membela haknya sendiri dan tidak mempedulikan hak orang lain.
Jadi, bagaimana mungkin disebut demokrasi jika diberlakukan dan ditentukan secara sepihak, hanya yg sesuai dengan hawa nafsu mereka yg boleh berkembang?

Khutbah Jum’at – 20090403

Sudah menjadi fitrah manusia untuk mendapatkan dan bisa hidup dengan tenang, sejahtera, bahagia, dan sukses di berbagai hal. Keinginan ini akan membuat manusia berusaha (dengan berbagai cara) untuk mencapai hal tersebut. Namun perlu diingat bahwa manusia hanyalah bisa berusaha, namun ALLOH SWT yg menentukan. Karenanya tidak perlu stres dan gelisah apalagi marah sedemikian rupa apabila usaha yg telah dilakukan ternyata gagal meraih kesuksesan/tujuan yg diharapkan.
Sebuah ucapan dari orang bijak menyatakan bahwa “Perjalanan orang yg mencari Tuhan akan berhasil sampai dia berhasil mengalahkan nafsunya. Barang siapa bisa menguasai nafsu maka ia akan bahagia dan sukses. Namun siapa saja yang dikendalikan oleh nafsu, maka ia akan merugi dan hancur.”
ALLOH SWT sendiri berfirman,“Adapun orang yang melampaui batas, – dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, – maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). – Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, – maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (An Naazi’aa(79)37-41).
Jika merujuk kepada ayat di atas, maka NAFSU adalah kata kunci untuk mencapai ketentraman dan ketenangan jiwa. Namun, nafsu seperti apa yg akan membawa kita untuk meraih itu?
Mari kita pahami tentang jenis-jenis nafsu.
Pertama, An Nafsul Muthmainnah, yakni nafsu/jiwa yg senantiasa mendorong dan mengajak kebaikan dan taat kepada ALLOH SWT. Beberapa sahabat Rasululloh SAW mengutarakan pendapatnya tentang nafsu ini. Ibnu Abbas r.a berkata,”An Nafsul Muthmainnah adalah nafsu/jiwa yg membenarkan semua janji ALLOH SWT dan Rasul-Nya.” Definisi lain dari Qatadah,”Dia adalah seorang mukmin, jiwanya tenang kepada apa yg telah dijanjikan ALLOH SWT.”
Maka, hamba ALLOH SWT yg mempunyai nafsu ini, dia akan:
- merasa tenang melaksanakan semua perintah ALLOH SWT
- merasa tenang meninggalkan larangan ALLOH SWT
- merasa tenang terhadap kabar yg terjadi sesudah mati
- merasa tenang menerima takdir ALLOH SWT
Dengan kata lain, hamba ini akan mengingat firman ALLOH SWT,“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (At Taghaabun(64):11)
Kedua, An Nafsul Lawamah, yakni nafsu/jiwa yg tidak stabil. Jiwa tipe ini akan berganti antara ingat dan lalai, menerima dan menolak, cinta dan benci, dan seterusnya. Ada juga yg mengatakan bahwa nafsu ini adalah nafsu orang beriman yg dalam hidupnya berbuat kebajikan namun terkadang melakukan kesalahan.
Untuk kaum muslim yg mempunyai nafsu/jiwa seperti ini, ALLOH SWT berfirman,”Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.” (At Tahrim(66):8)
Taubatan nasuha merupakan solusi bagi kaum muslim yg mempunyai nafsu lawamah ini.
Ketiga, An Nafsul Amarah bis Suu’, yakni jiwa/nafsu yg tercela. Jiwa seperti ini akan selalu mengajak kepada keburukan dan maksiat. Siapapun tidak akan terbebas dari keburukan nafsu ini, kecuali dengan pertolongan ALLOH SWT. Hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an,“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf(12):53)
Jiwa yg pertama (Muthmainnah) akan selalu dikawal malaikat, dituntun dan didorong agar selalu taat dan patuh kepada ALLOH SWT dan Rasul-Nya, serta selalu berbuat kebaikan. Sedangkan jiwa yg terakhir (Amarah bis Suu’) akan menyebabkan setan mengawal kita. Akibatnya kita akan selalu diajak dan didorong untuk kufur kepada ALLOH SWT dan cenderung berbuat kebatilan.
Orang yg mempunyai jiwa muthmainnah akan mempunyai kehidupan dan akhir kehidupan yg baik (Khusnul Khatimah), sebagaimana tersebut pada,“Hai jiwa yang tenang. – Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. – Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, – dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al Fajr(89): 27-30)

contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090410

Perhatikanlah nikmat ALLOH SWT yg dikaruniakan kepada anda. Lihat jasmani anda, pakaian yg anda kenakan, makanan yg anda makan hingga saat ini, kesehatan yg anda alami, knodisi keluarga yg semuanya baik-baik, dan nikmat-nikmat ALLOH SWT lainnya. Alhamdulillah, segala puji bagi ALLOH SWT yg telah memberikan nikmat2-Nya yg tak terkira kepada kita, walau hari dan tahun berganti. Alhamdulillah juga kita panjatkan karena nikmat luar biasa, yakni HIDAYAH ALLOH SWT, masih menyertai kita.
Saking banyaknya dan beraneka ragamnya nikmat ALLOH SWT yg diberikan kepada hamba2-Nya, entah itu mengaruniakan yg baik, hingga menutupi aib2 kita, maka kebanyakan dari kita jadi bertanya-tanya, nikmat mana yg harus disyukuri? Apakah hanya karunia yg baik? Ataukah termasuk ditutupnya aib kita?
Sesungguhnya ditutupnya aib kita membuktikan bahwa ALLOH SWT masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertaubat (taubat nasuha) dan memohon ampun pada-Nya. Karenanya kita dianjurkan untuk muhasabah.
Hendaknya kita senantiasa bersyukur dalam arti syukur yg sangat mendalam. Janganlah kita menjadi orang yg dikecam oleh ALLOH SWT,”(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), – agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”(Al Mu’minuun(23):99-100)
Cara Rasululloh SAW bersykur pantas dicontoh. Walau beliau sudah dijamin masuk surga, beliau tidak pernah absen sholat malam. Bahkan hingga kaki2nya bengkak. Ketika istrinya bertanya kepada beliau, jawabannya adalah,”Apakah tidak boleh jika aku ingin menjadi hamba yg banyak bersyukur?”
Setan sendiri mempunyai misi agar manusia tidak bersyukur. “Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, – kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”(Al A’raaf(7):16-17)
Perhatikan juga beberapa ayat berikut:
  • “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(Ibrahim(14):7)
  • “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (An Nahl(16):53)
  • “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (Adh Dhuha(93):11)
Setiap nikmat yg ada, dapat menjadi pembuka atau penutup bagi pintu nikmat lainnya. Rahasia menginginkan nikmat adalah dengan mensyukuri nikmat yg telah ada. Jangan lepaskan nikmat yg besar dengan tidak mensyukuri nikmat yg kecil. Tidak usah risau terhadap nikmat yg belum ada. Justru risaulah jika nikmat yg telah ada tidak disyukuri.

contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090417

Dua pilar utama yg mempu mengubah sikap mental seseorang adalah iman dan ilmu pengetahuan.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa Sumber Daya Insani (SDI) yang handal merupakan modal dasar yg mutlak untuk dimiliki oleh setiap anak bangsa untuk menarik gerbong bangsa ini menuju gerbang yg cerah gemilang di hari esok. SDI yg handal dan memiliki talenta tak lepas dari 2 faktor yg sangat mempengaruhinya, iman dan ilmu pengetahuan.
Sayangnya, kedua pilar ini pada kenyataannya (di masyarakat) justru terlihat tercerabut. Akibatnya, banyak terjadi kerusakan yg tidak hanya menghancurkan bangunan pribadi, tapi juga merusak tatanan masyarakat secara keseluruhan.
Tatanan peradaban yg keluar dari kepatutan, baik dilihat dari sisi agama maupun budaya akhirnya menjadi hal yg biasa dalam masyarakat. Hal ini membuat nilai2 kebenaran menjadi nisbi dalam ranah penglihatan masyarakat, yg makin permisif (serba boleh).
Gambaran riil dalam masyarakat kita dewasa ini menyadarkan kita untuk kembali pada fitrah yg telah ditanamkan ALLOH SWT kepada tiap manusia untuk kembali pada aturan yg hakiki, yakni Kitab Suci Al Qur’an dan Sunnah Rasululloh SAW.
Pendidikan yg benar dapat dipastikan mampu mengubah cakrawala berpikir seseorang. Selain itu, dia akan menumbuhkan ide2 kreatif (positif) karena adanya iman sebagai penopang.
Intinya, keimanan dan pendidikan mestilah dibangun secara bersamaan.

contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090424

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al Kahfi(18):28)
Jika engkau menginginkan surga, bergaullah dengan orang/teman yg baik, jika engkau melihatnya, engkau segera mengingat ALLOH SWT. Jika dia berbicara, maka hanya berbicara yg baik. Hindarilah orang-orang yg jahat dan ingatlah firman ALLOH SWT ini,“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang lalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.” – Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab (ku). – Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Al Furqan(25):27-29).
Yang dimaksud dengan orang jahat di sini adalah orang yg mengajakmu kepada segala sesuatu yg menjadikanmu lupa kepada ALLOH SWT, seperti mendengar lagu2, melihat film dan gambar porno, dan kegiatan maksiat lainnya. Mereka ini adalah orang2 yg disebut ALLOH dalam ayat berikut,“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az Zukhruf(43):67).
Berteman hendaknya didasarkan kepada ketaatan kepada ALLOH SWT.
Jika anda dicoba dengan persahabatan yg tidak menjadikan anda dekat dengan ALLOH SWT, maka segera tinggalkan persahabatan itu sebelum mereka meninggalkanmu dan melepaskan diri darimu, yaitu saat berada di neraka.
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.” (Al Baqarah(2):166)

contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090501

Kerancuan istilah sekarang sering terjadi di masyarakat. Hal ini terjadi karena orang seenaknya saja menggunakan istilah itu, dan tidak mau merujuk ke sumber asalnya. Kerancuan ini sedikit banyak akan membawa dampak, entah itu positif atau negatif, ke masyarakat.
Dalam hal ini, kerancuan terjadi pada istilah ulama, kiai, dan mubaligh.
Banyak orang suka disebut ulama, kiai, dan mubaligh, padahal kemampuan pengetahuan/ilmu ybs sangat tidak mumpuni. Yang menjengkelkannya, orang2 ini malu2 kucing utk disebut ulama, kiai, dan mubaligh. Berpura-pura tidak suka dipanggil dg istilah itu, tapi dg gaya yg ‘setengah hati’. Walhasil orang2 pun kebingungan, apa sih maunya mereka?
Ulama, dalam kamus bahasa Indonesia, mempunyai arti “orang yg ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam.” Dalam bahasa Arab sendiri, ulama mempunyai arti “orang yg berilmu”. Dalam banyak kesempatan, kita juga sering temui pernyataan bahwa ulama adalah pewaris para Nabi.
Dengan definisi2 di atas, maka ulama itu SEMESTINYA:
  • menguasai (dan MENGAMALKAN) kandungan Al Qur’an dan sunnah
  • ilmu, ketakwaan, iman, akhlaknya mesti di atas rata-rata
  • berani mengajak ke arah kebaikan
  • mempunyai keteladanan (menjadi teladan)
  • menjadi pengayom (penengah) dan membawa kesejukan
Kenyataannya, bisa dibilang hampir tidak ada ulama yg bisa memenuhi semua syarat di atas. Tidak sedikit santri2 yg punya cita2 hendak menjadi ulama, di pesantren dia lebih fokus kepada pelajaran bukan pendidikan. Akibatnya saat lulus santri2 tersebut lebih banyak yg PINTAR daripada BERAKHLAK.
Kerancuan juga terjadi pada istilah kiai mubaligh.
Dengan bermodal 1-2 ayat serta hadits “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”, membuat mereka memilih dipanggil sebagai kiai/mubaligh. Banyak ‘kiai/mubaligh’ muncul dg berbagai macam latar belakang. Artis, bekas napi, politikus, dan masih banyak lagi. Bukannya melarang, tapi jika ilmu yg dimiliki tidak cukup, maka hal ini bisa menjadi bumerang.
Semoga kerancuan ini bisa diakhiri.

contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090508

Masyarakat Indonesia sedang dilanda ‘virus’ kemarahan. Di banyak tempat, banyak orang yg mudah marah. Di rumah, jalanan, lapangan sepakbola, bahkan di tempat ibadah. Akibatnya kita seperti berada di sebuah negeri yg tidak mempunyai sopan santun pergaulan. Pers dan media juga lebih suka untuk menayangkan dan memberitakan kemarahan daripada meredamnya.
Celakanya, para ulama dan kaum cendekia juga tertular virus ini.
Banyak khotbah, ceramah, dan bahkan makalah yg membahas tentang kemarahan, nada geram, dan muka yg merah padam menahan kemurkaan. Hal ini menimbulkan bahwa khotbah dan makalah yg tidak disertai dg kemarahan bukanlah khotbah dan makalah yg sejati.
Khutbah Jum’at seringkali dijadikan ajang sang ustad untuk menunjukkan kebencian yg luar biasa, menghujat pihak2 tertentu yg tidak sealiran atau sepaham dengannya. Sifat takabur dan merasa lebih pintar akan terasa begitu dominan, sehingga melunturkan semangat dan ruh menasihati dan kebersamaan dalam beragama.
Kegeraman dan kemarahan para ulama dan ustad tidak sedikit yg dipicu dari selebaran2 yg mengajarkan kemarahan dan kegeraman dg dalih “amar ma’ruf dan nahi munkar”. Celakanya, banyak kaum bawah yg tertarik dan menelan mentah-mentah ucapan2 sang khotib/ulama ini. Layaknya aliran bensin yg dilempar korek api, maka masyarakat semakin mudah disulut kemarahannya dengan hal2 yg sifatnya sepele.
Terkadang dalih tekanan ekonomi, ketimpangan sosial dijadikan alasan dan pembenaran untuk perilaku mereka. Namun, semestinya mereka ingat, mereka menganut Islam, agama yg menyebarkan perdamaian dan ketenangan, seperti yg diperlihatkan Rasululloh SAW.
Rasululloh SAW sendiri:
  • Mempunyai budi pekerti yg agung,“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al Qalam(68):4)
  • Lemah lembut, tidak kasar dan tidak kaku sebagaimana ayat berikut,“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali ‘Imran(3):159)
  • Suri tauladan yg baik,“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab(33):21)
  • Tidak pernah mengumpat
  • Menjauhi caci maki
  • Tidak menegur dengan cara yg menyakitkan hati
Semoga bangsa ini, termasuk para ulama, bisa meneladani perilaku Rasululloh SAW ini.


contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090515

ALLOH SWT berfirman,”Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS At Taubah(9):82). Tertawa dan menangis adalah 2 kebutuhan dasar manusia yg dibawa sejak lahir. Kebutuhan2 ini akan senantiasa menyertai manusia hingga ajal menjemput.
Tertawa dikenal sebagai ekspresi kegembiraan sementara menangis adalah ekspresi kesedihan.
Manusia dilarang utk menangis dan tertawa sesukanya. Ada batasan2 yg mesti dipatuhi untuk mengekspresikan hal tersebut. Seperti yg disebut di ayat di atas, ALLOH SWT memerintahkan manusia utk memperbanyak tangis dan mengurangi tertawa.
Islam menempatkan Rasululloh SAW sebagai contoh. Dalam kehidupan beliau, tidak pernah beliau tertawa berlebihan,apalagi terbahak-bahak. Rasululloh SAW lebih banyak mengisi hidupnya dengan senyum. Meski demikian, beliau tetap mempunyai rasa humor.
Berlebihan, entah itu tertawa ataupun menangis, tidaklah baik. ALLOH SWT berfirman,”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al A’raf(7):31).
Mengekspresikan tawa atau kegembiraan secara berlebihan bisa menumpulkan daya pikir dan mematikan hati. Siapapun akan mengidap penyakit2 ini bila gemar mengeksploitasi hati. Banyak contoh di tengah kehidupan kita. Orang2 yg gemar bersenang-senang umumnya tidak suka berpikir, hati mereka menjadi rusak, dan suka bermalas-malasan.
Menangis tidak hanya mengekspresikan kesedihan. Terkadang menangis juga digunakan sebagai ekspresi kegembiraan hati, seperti seseorang yang menangis ketika bertemu orang yg sangat ia kasihi karena telah berpisah sekian lama.
Perbanyak tangis terutama jika berhubungan dengan taubat, kesalahan, dan dosa. Bagi seorang muslim yg taat, menangis karena takut kepada ALLOH SWT adalah hal yg lumrah (dan BISA) dia lakukan. Umar bin Khatab adalah salah satu contohnya.
Orang yg banyak tertawa (mengekspresikan kegembiraan) akan cenderung lupa dengan kesalahan2nya. Dan mustahil dia akan bisa menangis, terlebih menangis utk menyesali dosa, kesalahan2 yg dia lakukan.
Sebaliknya, orang yg banyak menangis biasanya orang2 yg suka merenung akan hakikat penciptaan atas dirinya.
Dalam hadits Rasululloh SAW disebut, salah satu golongan yg akan dinaungi/mendapat perlindungan dari ALLOH SWT adalah golongan orang yg selalu berzikir di keheningan malam sedang kedua matanya basah, menangis karena takut kepada ALLOH SWT.
Dalam hadits lain disebut,”Mata yg tidak akan disentuh api neraka adalah mata yg selalu menangis karena takut kepada ALLOH SWT.


contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090522

Mengganti alat kelamin dari laki2 menjadi perempuan, ataupun sebaliknya, sudah pasti hukumnya haram. Hal ini dikarenakan mengganti kelamin termasuk dalam mengubah ciptaan ALLOH SWT, dan perbuatan itu termasuk dalam perbuatan setan. “setan itu mengatakan: “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), – dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya“. Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. – Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (An Nisa(4):118-120).
Sementara Rasululloh SAW bersabda,”Rasululloh SAW melaknat laki2 yg menyerupai perempuan, dan perempuan yg menyerupai laki2.” (HR Bukhori, Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah).
Sementara operasi wajah bisa boleh bisa haram, tergantung dari sisi pandang.
Jika operasi wajah dilakukan untuk pengobatan/penyembuhan, terutama jika ybs mengalami kecelakaan (atau seperti penyiksaan terhadap TKI/TKW) sehingga dibutuhkan operasi utk kesembuhannya, maka hukumnya boleh. Harus diingat, bahwa operasi yg dilakukan tidak menimbulkan efek yg lebih besar dari penyakit yg dideritanya. Jika efeknya lebih besar, maka operasi ini tidak diperbolehkan (haram).
Operasi menjadi haram, jika operasi wajah tersebut bertujuan hanya untuk kecantikan semata. Contohnya: operasi plastik agar terlihat lebih muda, atau termasuk juga di dalamnya mencukur alis mata. “ALLOH SWT melaknat orang yg membuat tato dan yg membuatkannya, org yg mencabuti bulu2 di wajahnya, orang yg mengikir giginya agar renggang dan kelihatan indah, dan yg mengubah ciptaan ALLOH SWT.” (HR Bukhari Muslim)


contoh Khutbah Jum’at

Khutbah Jum’at – 20090529

Hidup korup sudah menjadi budaya di Indonesia. Nyaris (atau sudah semua?) golongan masyarakat Indonesia melakukan hal ini, meski kita masih bisa temui banyak orang yg berusaha hidup bersih.
Hidup korup, melakukan kecurangan, kebohongan, dan tidak jujur, sepertinya sudah menjadi bagian dari hidup masyarakat ini dan (nampaknya) tidak bisa dipisahkan lagi. Akibatnya, saat berbuat kejahatan2 itu tidak lagi ada perasaan malu ataupun berdosa. Naudzubillah.
Jika kita perhatikan, di media (entah itu koran, televisi, internet, dan lainnya), mayoritas pejabat pemerintahan masuk dalam pola kehidupan korup ini. Pedagang melakukan kecurangan dalam timbangan, lalu menimbun barang dagangan di gudang (agar bisa dijual dg harga yg lebih tinggi). Ada juga pengusaha yg menyuap pejabat yg mengambil kebijakan agar usahanya berjalan dengan mulus.
Bahkan, ada tokoh masyarakat memanfaatkan pengaruhnya utk terjerumus dalam pola hidup menyimpang ini. Bahkan para pengangguran pun melakukan kejahatan sendiri, seperti merampok, mencopet, dsb.
Sungguh, kenyataan hidup di Indonesia ini membuat kita kian yakin bahwa perilaku korupsi sudah menjadi budaya.
Rasululloh SAW dan Islam sendiri tegas2 melarang perbuatan korupsi ini! “Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.” (Ali Imran(3):161). Berkhianat di sini diartikan sebagai korupsi.